Riwayat Pabrik Gula Colomadu Karanganyar

 

Pabrik Gula Colomadu
koleksi KITLV

Assalamualaikum wr. wb. Salam Sejarah! Kepada para pembaca sekalian yang kerap melintasi Jalan Adi Sucipto, Malangjiwan,  Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar pasti tidak asing dengan bangunan tua bernama Pabrik Gula Colomadu, ya memang bangunan ini menjadi ikon tersendiri bagi daerah Colomadu. Sejarah Surakarta khususnya Colomadu tak bisa dilepaskan dari Pabrik Gula ini. Jatuh bangunnya pabrik ini menjadi kisah menarik tersendiri sejak pendiriannya pada 1861 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya/ K.G.P.A.A. Mangkunegoro IV, Adipati Mangkunegaran.

Kini Pabrik Gula Colomadu tidak lagi berproduksi sejak 1 Mei 1998 karena kesulitan mencari bahan baku (tebu). Sempat mangkrak belasan tahun hingga tahun 2017 direvitalisasi kembali oleh pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Perevitalisasian tersebut menimbulkan kontra bagi pemilik sah dari pabrik tersebut, K.G.P.A.A. Mangkunegoro IX. Dilansir dari puromangkunegaran.com K.G.P.A.A. Mangkunegoro IX kecewa dan marah karena melihat warisan leluhurnya diambil alih dan direvitalisasi tanpa diajak berembug atau bermusyawarah.

Sekarang Pabrik Gula Colomadu berganti nama menjadi "de Tjolomadoe", merupakan museum  berisi convention hall, heritage gallery, souvenir center, outdoor sitting area, restaurant, shooping arcade, dan sebagainya yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung.



Garis waktu riwayat Pabrik Gula Colomadu 

1830
Sistem tanam paksa (cultuurstelsel) berlaku di Hindia Belanda. Tebu menjadi salah satu komoditas utama.

1859 - 1860
Mangkunegara IV tidak memperpanjang kontrak persewaan tanah dengan pengusaha swasta Barat dan merancangnya sebagai bakal lahan pabrik.

1861
PG Colomadu dibangun di Desa Malangjiwan, Karanganyar di atas tanah seluas 6,4 Ha. Pembangunan menghabiskan biaya sebesar f400.000 yang dipinjam dari pengusaha Semarang. Be Biauw Tjwan. Proses pembangunan dikawal oleh arsitek berkebangsaan Belanda, R.Kampf.

1862
PG Colomadu selesai dibangun dan langsung beroperasi. Colomadu berarti gunung madu, menyimbolkan pengharapan sang pelopor agar hasil panennya melimpah selayaknya gunung. Ada pula kaitan filosofis dengan PG Tasikmadu (1871) yang bermakna lautan madu.

1863
Hasil giling tebu pertama melimpah, menghasilkan 3.700 kuintal gula. Pendapatan dari penjualan gula mampu menutup seluruh pengeluaran kerajaan.

1881
PG Colomadu yang awalnya adalah usaha pribadi Mangkunegara IV berubah menjadi perusahaan Praja. Pada tahun yang sama, raja mangkat dan digantikan oleh Mangkunegara V.

1884
Krisis ekonomi dunia dan wabah penyakit sereh pada tebu membuat hasil produksi menurun.

1887
Pengambilalihan urusan administrasi oleh kolonial di bawah Komisi Keuangan Belanda karena produksi yang semakin merosot. Pada akhir abad ke-19 Keuntungan industri gula Mangkunegaran meningkat. Selain faktor internal, faktor kepemimpinan Mangkunegara VI sangat berpengaruh.

1899
Kepengurusan PG Colomadu kembali ke tangan Praja Mangkunegaran di bawah kepemimpinan Mangkunegara VI.

1903 – 1904
Industri perkebunan semakin meroket, termasuk gula.

1914-1918
Perang dunia I membuat Harga gula jatuh & jumlah ekspor menurun Harga barang impor melonjak dan terjadi inflasi.

1920
Menjelang akhir Perang Dunia I, peningkatan produksi gula dan lahan perkebunan di jawa Pada 1920 industri gula mencapai masa kejayaan. Ekspor pun  meningkat.

1929
PG Colomadu mulal mengalami penurunan areal tanami tebu.

1930
Zaman malaise atau depresi ekonomi seluruh dunia. Volume perdagangan internasional berkurang drastis.

1931
Pabrik pabrik Mangkunegaran memutuskan untuk keluar dari perkumpulan produsen gula di Jawa (Vereeninging van Java Suiker Producenten-VJSP)

1932
Pabrik pabrik Mangkunegaran bergabung dalam organisasi penjualan Nederlandsch Indische Vereeniging voor de Afzet van Suiker (NIVAS). Sebagai konsekuensi, Mangkunegara tidak dapat menjual gulanya secara bebas.

1936
Puncak produksi PG Colomadu. Hasil giling mencapai 219.000 kuintal.

1942-1945
Penjajahan Jepang. Produksi menurun Tenaga kerja mengikuti romusha dan alih fungsi perkebunan dari tebu menjadi padi, jarak, dan kapas.

1946
Praja Mangkunegaran dihapuskan dan PG Colomadu diakuisisi pemerintah melalui Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI).

1957
Semua perusahaan perkebunan diambil alih pemerintah Indonesia menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), yang terakhir berubah nama menjadi PT Perkebunan Nusantara (PTPN)

1963
PG Colomadu menjadi bagian dari Perusahaan Perkebunan Negara PPN) Kesatuan Jateng V.

1968
Reorganisasi PPN menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) memasukkan PG Colomadu ke dalam wilayah PNP XVI yang berpusat di Solo.

1975
Pemerintah menerapkan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang membuat pabrik-pabrik gula memperoleh tebunya hanya dari para petani tebu. PG Colomadu menggunakan sistem ini secara bertahap untuk beranjak dari sistem sewa tanah yang sudah digunakan sejak zaman kolonial.

1981
Pendirian PT Perkebunan (Persero) menempatkan PG Colomadu di wilayah PTP XV-XVI (Persero).

1996
Reorganisasi kembali dilakukan dan PG Colomadu dimasukkan ke dalam unit PT Perkebunan Nusantara IX (Persero).

1997
Masa giling terakhir PG Colomadu.

1998
PG Colomadu berhenti beroperasi karena berkurangnya suplai tebu, alihtungs ahan, dan keinis ekonomi.

2016
Usaha revitalisasi PG Colomadu oleh konsorsium BUMN menjadi prasarana publik.


Cerobong pabrik gula


Produksi Pabrik Gula Colomadu 
(dalam kuintal)

1900 - 25.651
1905 - 44.663
1910 - 43.868
1915 - 60.497
1920 - 72.030,35
1925 - 123.732
1930 - 171.327,9
1935 - 118.634,8



galeri foto (koleksi pribadi)








Demikian info yang dapat saya bagikan, semoga bermanfaat dan menambah wawasan untuk kita semua. Jika ada masukan, kritik atau pendapat lain, silakan tulis di kolom komentar. Terimakasih. Salam sejarah1. Wassalamualaikum wr.wb.






sumber: Museum de Tjolomadoe
              puromangkunegaran.com


fachri.ea|2021










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ragam gerak tari Dolalak dan Gambiranom

PENGERTIAN TARI MENURUT BEBERAPA AHLI

Selamat Datang Di Blog Kami